Kuat dan gairah itu bukan pada fisik, tapi pada ruh dan hati yang menjadi penggerak fisik. Ruh dan hati yang bersih dan sehat akan mampu membangun kekuatan dan gairah diri.
Ruh dan hati yang bernutrisilah yang akan mampu menggerakkan fisik agar kuat dan bergairah dalam menjalani kehidupan dan aktifitas harian. Dan nutrisi ruh dan hati adalah:
1) Perbanyak istighfar, taubat, dan meninggalkan dosa.
Allah -ta’ala- berfirman:
(وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ)
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS. Hud: 52)
? Kata Ibnu ‘Asyur -rahimahullah- bahwa Allah -ta’ala- menjadikan balasan istighfar, taubat, meninggalkan syirik dan dosa berupa bertambahnya kekuatan, yaitu dengan memperbanyak kuantitas, memberi kesehatan raga dan keluasan rizki. Hal-hal itu merupakan modal kekayaan yang akan menguatkan ummat saat berhadapan dengan bangsa lain, serta modal kemampuan dalam menjaga istiqlal (kemerdekaan)nya.
2) Merutinkan doa:
اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بِك منَ العَجزِ والكَسَلِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-mu dari kelemahan dan kemalasan… ” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Al ‘ajzu adalah absen dari aktifitas kebajikan karena tidak memiliki modal untuk melakukannya. Sedangkan al kasalu adalah meninggalkan kebaikan-kebaikan padahal memiliki kemampuan dan kesempatan.
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- merutinkan doa ini. Karena kelemahan dan kemalasan akan menghilangkan banyak kesempatan berbuat baik, padahal yang demikian menjadi bekal utama meraih bahagia di dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam bishshawab
?????????
Malang, 24 Jumadil Tsani 1439H
